Keadaanlahan pertanian sebelumnya,saat ini,penyebab,dan dampak nya. Question from @Tarsin6174 - Sekolah Menengah Pertama - Ips. Tarsin6174 @Tarsin6174. February 2019 1 2 Report. Keadaan lahan pertanian sebelumnya,saat ini,penyebab,dan dampak nya . KeadaanSebelumnya Keadaan Sekarang Faktor Penyebab Dampak yang Ditimbulkan; Positif Negatif; Pemanasan global atau global warming: Perubahan iklim dan cuaca terjadi secara teratur: Perubahan iklim dan cuaca tidak menentu, suhu di bumi meningkat: Memanasnya suhu bumi yang diakibatkan adanya kerusakan lapisan ozon - Halini ditunjukan oleh meningkatnya kebutuhan lahan terbangun, sehingga mendorong terjadinya konversi lahan pertanian yang intensif. mengkaji dampak konversi lahan pertanian terhadap kondisi lingkungan lahan pertanian serta kondisi sosial ekonomi petani; 2) mengkaji bentuk strategi adaptasi yang dilakukan petani dalam menghadapi konversi cash. Food photo created past evening_tao – Dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri yang ke-empat atau disebut juga Revolusi Industri ditandai dengan penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan net. Kontribusi sektor pertanian yang besar terhadap produk domestik bruto nasional, kini menurun secara signifikan. Sektor pertanian tidak lagi menjadi salah satu sumber perekonomian terbesar di Indonesia. Untuk mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah, dunia pertanian kemudian mengadopsi istilah Revolusi Pertanian dimana pertanian diharapkan melibatkan teknologi digital dalam proses pengembangannya. Konsep pengembangan pertanian yang banyak dikembangkan pada saat ini adalah konsep pertanian cerdas, yang biasa juga disebutsmart farming atauprecision agronomics. Konsep ini merujuk pada penerapan TIK pada bidang pertanian. Tujuan utama penerapan terknologi tersebut adalah untuk melakukan optimasi berupa peningkatan hasil kualitas dan kuantitas dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada. Faktanya, revolusi industri dalam sektor agrikultur ternyata lebih dominan terjadi di Eropa. Hal ini disebabkan oleh adanya bencana demografi, yaitu keadaan dimana jumlah penduduk yang berusia produktif lebih sedikit dibanding penduduk yang berusia non-produktif sehingga tenaga penduduk harus digantikan dengan teknologi. Sedangkan di Indonesia sendiri, revolusi industri terutama di sektor pertanian belum begitu berhasil berkembang. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi penyebab revolusi industri belum berhasil diterapkan di Indonesia 1. Sumber Daya Manusia Faktanya, sebagian besar petani berusia lebih dari twoscore tahun dan lebih dari seventy persen petani di Republic of indonesia hanya berpendidikan setara SD bahkan di bawahnya. Pendidikan formal yang rendah tersebut menyebabkan pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak berkembang serta monoton. Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa menciptakan inovasi-inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah. ii. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran penduduk dan pembangunan di Indonesia belum sepenuhnya merata. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya “Lahan Tidur” atau lahan yang belum tergarap oleh masyarakat di daerah-daerah pedalaman, sementara, lahan di suatu wilayah strategis justru menjadi rebutan dengan harga mahal. Mengingat harga tanah yang semakin melonjak tinggi, luas kepemilikan lahan pertanian para petani di Republic of indonesia pun rata-rata kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa menggarap lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu, dampak akibat konversi lahan pertanian menjadi not pertanian yang mencapai 150-200 ribu per tahun juga menyebabkan petani kekurangan lahan untuk bercocok tanam. 3. Teknologi Belum Sepenuhnya Diterima Masyarakat Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi mod dalam pengelolaan pertanian belum mampu diterima secara luas oleh para petani yang masih banyak memilih menggunakan peralatan tradisional dibanding peralatan teknologi canggih. Selain karena keterbatasan biaya, keterbatasan pengetahuan juga menjadi faktor yang menghambat laju teknologi untuk merambah sektor pertanian secara luas. Nah, di sinilah peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan edukasi yang cukup bagi para petani agar dapat memajukan sektor pertanian di era revolusi industri ini. Beberapa hal yang dapat dilakukan mungkin berupa memberikan penyuluhan besar-besaran dan melakukan demo penggunaan alat pertanian yang dilengkapi dengan teknologi modern. Nah, itu dia informasi mengenai revolusi industri pada pertanian di Indonesia dari LINE Jobs. Teknologi masa kini memang telah merambah ke berbagai sektor hingga ke berbagai akses kehidupan. Namun, teknologi juga harus digunakan secara bijak dengan tetap melihat dampaknya dari berbagai sisi. Dalam pertanian misalnya, jangan sampai teknologi hanya dikuasai oleh segelintir orang atau merusak ekosistem yang ada tanpa mempedulikan keseimbangan lingkungan. Kita juga perlu mengantisipasi jangan sampai kehadiran teknologi justru menyebabkan banyak tenaga kerja yang tersingkir dari sektor pertanian. Selain itu, hal yang paling penting adalah penggunaan teknologi modernistic tidak boleh menghancurkan pengetahuan turun temurun para petani Indonesia, seperti contohnya sistem Subak di Bali. Bagaimana pendapat Anda mengenai revolusi industri pada pertanian di Indonesia? Jangan lupa tuliskan pendapat Anda di kolom komentar yang tersedia. DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI SEKTOR PERTANIAN Ide pokok 1. Perubahan iklim terhadap produksi pangan. 2. Iklim Curah hujan mengakibatkan meningkatnya hama padi. 3. Dampak perubahan ilkim terhadap sector peternakan. Perubahan iklim menjadi salah satu ancaman masalah yang berkelanjutan serius terhadap produksi pangan di sector pertanian. Penyebab utama adalah dari kegiatan manusia yang dapat meningkatnya gas CO2 mendorong terjadinya pemanasan global salah satunya yaitu gerakan rumah kaca. Banyaknya emisi yang disebabkan oleh semakin majunya industri yang berbanding lurus dengan konsumsi energi. Sumber penghasil gas rumah kaca seringkali kita jumpai di sekeliling kita, misalnya penggunaan energi listrik, aktivitas menggunakan kendaraan bermotor juga membakar sampah. Bahkan dalam sepiring makanan kita dapat ditelan sumber karbon yang merupakan penyumbang gas rumah kaca. Nasi dan sayuran berasal dari pertanian yang menggunakan pestisida, daging berasal dari peternakan dimana kotoran hewannya menghasilkan gas metana. Limbah makanan dari sisa makanan yang membusuk juga menghasilkan gas metana. Derivasi dampak langsung perubahan iklim terhadap sektor pertanian antara lain adalah degradasi dan penciutaan sumberdaya lahan, dinamika anomali ketersediaan air dan kerusakan seumberdaya genetik, penurunan produksi dan kegagalan panen Asnawi, 2005. Perubahan ini juga berdampak pada pemanasan global dimana suhu di bumi akan naik secara signifikan yang ditandai dengan hal-hal antara lain mencairnya es di kutub, rusaknya ekosistem, naiknya ketinggian permukaan air laut, perubahan iklim yang ekstrim, peningkatan curah hujan dan kemarau yang tidak teratur secara signifikan di seluruh wilayah yang ada di dunia khususnya Indonesia. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI SEKTOR PERTANIAN Ide pokok 1. Perubahan iklim terhadap produksi pangan. 2. Iklim Curah hujan mengakibatkan meningkatnya hama padi. 3. Dampak perubahan ilkim terhadap sector peternakan. Perubahan iklim menjadi salah satu ancaman masalah yang berkelanjutan serius terhadap produksi pangan di sector pertanian. Penyebab utama adalah dari kegiatan manusia yang dapat meningkatnya gas CO2 mendorong terjadinya pemanasan global salah satunya yaitu gerakan rumah kaca. Banyaknya emisi yang disebabkan oleh semakin majunya industri yang berbanding lurus dengan konsumsi energi. Sumber penghasil gas rumah kaca seringkali kita jumpai di sekeliling kita, misalnya penggunaan energi listrik, aktivitas menggunakan kendaraan bermotor juga membakar sampah. Bahkan dalam sepiring makanan kita dapat ditelan sumber karbon yang merupakan penyumbang gas rumah kaca. Nasi dan sayuran berasal dari pertanian yang menggunakan pestisida, daging berasal dari peternakan dimana kotoran hewannya menghasilkan gas metana. Limbah makanan dari sisa makanan yang membusuk juga menghasilkan gas metana. Derivasi dampak langsung perubahan iklim terhadap sektor pertanian antara lain adalah degradasi dan penciutaan sumberdaya lahan, dinamika anomali ketersediaan air dan kerusakan seumberdaya genetik, penurunan produksi dan kegagalan panen Asnawi, 2005. Perubahan ini juga berdampak pada pemanasan global dimana suhu di bumi akan naik secara signifikan yang ditandai dengan hal-hal antara lain mencairnya es di kutub, rusaknya ekosistem, naiknya ketinggian permukaan air laut, perubahan iklim yang ekstrim, peningkatan curah hujan dan kemarau yang tidak teratur secara signifikan di seluruh wilayah yang ada di dunia khususnya Indonesia. Gambar 1. Dampak perubahan iklim pada pertanian Sumber Mongabay Gambar menunjukan bahwa Kemarau berkepanjangan akibat perubahan iklim bisa berdampak terhadap berkurangnya pasokan pangan dan menurunkan gizi konsumen. Padahal sebelumnya mereka bisa berganti-ganti komoditas yang ditanam, termasuk buah-buahan. Akibatnya, setelah April akan terjadi kekurangan buah-buahan yang bisa berdampak pula pada kekurangan gizi. Dampak perubahan iklim makin terasa di tingkat konsumen, dari yang sebelumnya seolah-olah hanya di tingkat petani Nana, 2019. Kekeringan ekstrem terjadi hampir di semua daerah di Indonesia dan diperkirakan membuat pasokan beras nasional hingga 2 juta ton Secara global, kekurangan pangan mengakibatkan krisis kemanusiaan, seperti banjir imigran dari Amerika Selatan menuju Amerika Serikat. Adaptasi di tingkat petani saja, misalnya melalui penghematan air, tidak cukup dan harus diimbangi dengan teknologi dan kebijakan. Kemarau berkepanjangan yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia hingga awal November ini bisa berdampak terhadap krisis pangan. Petani perlu mengantisipasi dengan perubahan pola tanam padi, termasuk dengan sistem intensifikasi padi atau system of rice intensification SRI. Peningkatan intensitas hujan mengakibatkan banjir akan mempengaruhi terhadap sawah menjadi lebih rawan akan hama dan penyakit. Salah satu dampak penyakitnya adalah berupa serangan hama pada tanaman padi, di samping itu juga berpeluang akan lebih terserang wereng mengakibatkan tanaman padi mati. Curah hujan berikut diperoleh dengan menggunakan data observasi BMKG mulai dari tahun 1981-2018. Grafik 1. Populasi Hama Wereng Sumber Sianipar Pada grafik tersebut terlihat peningkatan dan penurunan populasi hama wereng pada padi. Petanipun mengambil tindakan cepat dalam mengahadapi hama sehingga tingkat kegagalan akibat serangan bakteri dan hama itu hanya berkisar 5-7 persen. Menyikapi hal tersebut, para petani untuk pro aktif melaporkan setiap gejala serangan hama yang ada di daerahnya. Tujuannya agar langkah-langkah pencegahan bisa dilakukan untuk melokalisir penyebaran, dan jika sudah terlanjur menyerang tindakan pembasmian akan cepat dilakukan. Untuk mengawasi dan mengamati penyebaran hama semaksimal mungkin dengan personel yang ada harus melakukan langkah-langkah antisipasi diantaranya dengan melakukan penyemprotan cairan sejenis insektisida tambahnya. Perubahan iklim juga berdampak pada kesehatan hewan yakni akibat dari pertumbuhan yang tidak optimal dan stress akibat dari kekeringan. Perubahan pada curah hujan, kelembaban, gas akan mempengaruhi tumbuhnya jamur, serangga berpeluang menjadi penyakit pada hewan. Pengaruh lain juga terhadap kurangnya ketersediaan pakan alami karena kemarau ekstrim. Karena pada dasarnya pakan alami dipengaruhi oleh curah hujan. Jika pada musim kemarau ekstrim maka pakan pun menurun dari segi kualitas dan kuantitas. Mencegah kepunahan hewan ternak harus membutuhkan upaya-upaya yang tepat dan berkelanjutan. Sebagai contoh mengembangbiakkan kerbau rawa sebagai salah satu upaya pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Kalimantan Timur dalam program bertanggungjawab untuk meningkatkan populasi dan kualitas kerbau rawa melalui program seleksi, inseminasi buatan dan meningkatkan mutu pakan ternak nasional. Table 1. Populasi hewan di IndonesiaSumber Pada table menunjuakn penaikan dan penurunan pupulasi hewan ternak yang ada di Indonesia. Dalam hal ini Indonesia terus menekan populasi hewan ternak agar bisa memenuhi kebutuhan konsumen baik yang ada di Indonesia ataupun untuk kebutuhan ekspor. Dampak yang paling merugikan adalah terjadinya penurunan produktivitas. Hal ini disebabkan oleh cekaman panas heat stress akibat peningkatan temperatur lingkungan. Pada ternak sapi perah cekaman panas menyebabkan terjadinya penurunan produksi susu, demikian juga pada sapi potong akan menyebabkan penurunan pertambahan berat badan. Adanya cekamam panas secara langsung akan menyebabkan penurunan konsumsi, gangguan metabolisme dan utilisasi nutrien. Cekaman pakan juga akan berdampak pada penurunan efesiensi reproduksi ternak Permana, 2018. Komite WHO pada 1958 mendefinisikan zoonosis sebagai salahsatu penyakit yang secara alamiah dapat menular di antara hewan vertebrata dan manusia. Demikian pula yang tercantum di Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia, ataupun sebaliknya. Potensi wabah zoonosis bukan tanpa sebab disematkan kepada Indonesia. Kementerian Kesehatan telah mencatat bahwa pada saat ini terdapat sekitar 150 penyakit zoonosis yang mengancam Indonesia, kemunculan penyakit tersebut merupakan dipicu berbagai faktor yang ada , seperti arus globalisasi, deforestasi penggundulan hutan, perubahan iklim, serta peningkatan arus urbanisasi dan populasi manusia. Kutipan dan Parafrase 1. Selain itu, dampak perubahan iklim ini ditandandai dengan pengurangan dinamika anomaly ketersediaannya alir di lahan yang berdampak besar pada pertanian.  Derivasi dampak langsung perubahan iklim terhadap sektor pertanian antara lain adalah degradasi dan penciutaan sumberdaya lahan, dinamika anomali ketersediaan air dan kerusakan seumberdaya genetik, penurunan produksi dan kegagalan panen Asnawi, 2005. 2. Selain itu, perubahan ilkim berdampak pada menurunan produksi pangan yang tak hanya dirasakan oleh petani melainkan sebagai konsumen juga ikut merasakannya.  Padahal sebelumnya mereka bisa berganti-ganti komoditas yang ditanam, termasuk buah-buahan. Akibatnya, setelah April akan terjadi kekurangan buah-buahan yang bisa berdampak pula pada kekurangan gizi. Dampak perubahan iklim makin terasa di tingkat konsumen, dari yang sebelumnya seolah-olah hanya di tingkat petani Nana, 2019 3. Dalam hal ini pada sector peternakan terjadi peningkatan stress pada hewan dikarenakan temperature pada lingkungan peternakan.  Dampak yang paling merugikan adalah terjadinya penurunan produktivitas. Hal ini disebabkan oleh cekaman panas heat stress akibat peningkatan temperatur lingkungan. Pada ternak sapi perah cekaman panas menyebabkan terjadinya penurunan produksi susu, demikian juga pada sapi potong akan menyebabkan penurunan pertambahan berat badan. Adanya cekamam panas secara langsung akan menyebabkan penurunan konsumsi, gangguan metabolisme dan utilisasi nutrien. Cekaman pakan juga akan berdampak pada penurunan efesiensi reproduksi ternak Permana, 2018 DAFTAR PUSTAKA Asnawi, R. 2005. PERUBAHAN IKLIM DAN KEDAULATAN PANGAN DI INDONESIA. Perubahan Iklim dan Kedaulatan Pangan di Indonesia, 294-295. Nana. 2019, November 12. Retrieved from Mongabay situs pertanian Permana. 2018, Agustus 2. Dampak Perubahan Iklim terhadap Peternakan. Retrieved from IDAT G PERMANAs Blog ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication. Dengan julukan Negara agraris yang dijunjungnya, tentu saja Indonesia memiliki banyak sekali potensi pertanian atau perkebunan yang bisa dijadikan sumber perekonomian Negara. Akan tetapi, seiring berkembangnya sistem perekonomian serta meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan lahan untuk kepentingan dalam bidang selain pertanian semakin meningkat data statistik tahun 2014, luas lahan pertanian di Indonesia mencapai angka juta Hektar. Dari jumlah tersebut, dapat dibagi menjadi tiga kategori yakni hortikultura 567 ribu hektar, tanaman pangan 19 juta hektar, dan terakhir tanaman perkebunan sebesar 22 juta beberapa dampak alih fungsi lahan pertanian 1. Berkurangnya lahan pertanianDengan adanya alih fungsi lahan menjadi non-pertanian, maka otomatis lahan pertanian menjadi semakin berkurang. Hal ini tentu saja memberi dampak negatif ke berbagai bidang baik secara langsung maupun tidak Menurunnya produksi pangan nasionalAkibat lahan pertanian yang semakin sedikit, maka hasil produksi juga akan terganggu. Dalam skala besar, stabilitas pangan nasional juga akan sulit tercapai. Mengingat jumlah penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya sehingga kebutuhan pangan juga bertambah, namun lahan pertanian justru semakin Mengancam keseimbangan ekosistemDengan berbagai keanekaragaman populasi di dalamnya, sawah atau lahan-lahan pertanian lainnya merupakan ekosistem alami bagi beberapa binatang. Sehingga jika lahan tersebut mengalami perubahan fungsi, binatang-binatang tersebut akan kehilangan tempat tinggal dan bisa mengganggu ke permukiman warga. Selain itu, adanya lahan pertanian juga membuat air hujan termanfaatkan dengan baik sehingga mengurangi resiko penyebab banjir saat musim Sarana prasarana pertanian menjadi tidak terpakaiUntuk membantu peningkatan produk pertanian, pemerintah telah menganggarkan biaya untuk membangun sarana dan prasarana pertanian. Dalam sistem pengairan misalnya, akan banyak kita jumpai proyek-proyek berbagai jenis jenis irigasi dari pemerintah, mulai dari membangun bendungan, membangun drainase, serta infrastruktur lain yang ditujukan untuk pertanian. Sehingga jika lahan pertanian tersebut beralih fungsi, maka sarana dan prasarana tersebut menjadi tidak terpakai Banyak buruh tani kehilangan pekerjaanBuruh tani adalah orang-orang yang tidak mempunyai lahan pertanian melainkan menawarkan tenaga mereka untuk mengolah lahan orang lain yang butuh tenaga. Sehingga jika lahan pertanian beralih fungsi dan menjadi semakin sedikit, maka buruh-buruh tani tersebut terancam akan kehilangan mata pencaharian Harga pangan semakin mahalKetika produksi hasil pertanian semakin menurun, tentu saja bahan-bahan pangan di pasaran akan semakin sulit dijumpai. Hal ini tentu saja akan dimanfaatkan sebaik mungkin bagi para produsen maupun pedagang untuk memperoleh keuntungan besar. Maka tidak heran jika kemudian harga-harga pangan tersebut menjadi mahal7. Tingginya angka urbanisasiSebagian besar kawasan pertanian terletak di daerah pedesaan. Sehingga ketika terjadi alih fungsi lahan pertanian yang mengakibatkan lapangan pekerjaan bagi sebagian orang tertutup, maka yang terjadi selanjutnya adalah angka urbanisasi meningkat. Orang-orang dari desa akan berbondong-bondong pergi ke kota dengan harapan mendapat pekerjaan yang lebih layak. Padahal bisa jadi setelah sampai di kota keadaan mereka tidak berubah karena persaingan semakin Pendorong terjadinya Alih Lahan PertanianSejak dahulu, jumlah lahan pertanian Indonesia sendiri cenderung menurun dari tahun ke tahun akibat adanya alih fungsi lahan menjadi non-pertanian. Alih fungsi atau konversi lahan didefinisikan sebagai berubahnya fungsi awal lahan menjadi fungsi lainnya baik dari sebagian maupun keseluruhan lahan akibat adanya faktor-faktor ialah faktor-faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian a. Pertumbuhan penduduk yang pesatDengan jumlah daratan yang tetap, namun jumlah penduduk yang terus meningkat, tentu dapat menyebabkan berbagai dampak bagi lingkungan tempat tinggal mereka. Salah satunya yakni adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian guna memenuhi berbagai kebutuhan hidup yang juga Kenaikan kebutuhan masyarakat untuk permukimanAdanya pertumbuhan demografi tentu saja juga menuntut kebutuhan-kebutuhan dasar termasuk tempat tinggal. Ketika lahan di daerah permukiman sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan yang diminta, maka konversi lahan pertanian menjadi kawasan rumah menjadi pilihan sebagai salah satu solusi permasalahan Tingginya biaya penyelenggaraan pertanianUntuk mengolah sawah atau lahan pertanian dari lapisan tanah agar mendapatkan hasil yang optimal tentu saja membutuhkan modal yang tidak sedikit, belum lagi jika barang-barang pertanian tersebut mengalami kenaikan seperti pada saat naiknya harga bahan bakar minyak, maka harganya bisa melambung menjadi dua kali lipat. Kenaikan harga pupuk, benih pertanian, biaya irigasi, hingga harga sewa tenaga petani membuat para pemilik sawah mempertimbangkan untuk menjual sawah mereka atau mengalihkan fungsi lahan menjadi bangunan atau tempat Menurunnya harga jual produk-produk pertanianSelain membutuhkan modal yang lumayan, para petani juga harus siap menerima resiko lain, yakni hasil panen yang tidak baik atau bahkan gagal panen. Dimana harga jual produk pertaniannya menjadi sangat rendah atau malah tidak laku di pasaran. Jika hal ini terjadi maka petani akan menderita kerugian yang tidak sedikit pula. Tantangan lain ialah adanya penurunan harga hasil pertaniannya karena faktor-faktor Kurangnya minat generasi muda untuk mengelola lahan pertanianAnggapan masyarakat, khususnya para generasi muda mengenai sektor pertanian masih belum sepopuler bidang-bidang usaha yang lain. Para pemuda misalnya, ketika ditanya mengenai cita-cita mereka, maka hampir bisa dipastikan akan menyebutkan berbagai profesi lain selain menjadi petani. Meski tidak sedikit juga masyarakat yang telah menjadi petani sukses, namun profesi petani saat ini memang masih sering dianggap sebagai profesi yang berada pada kelas menengah ke bawah, sehingga cenderung dihindari oleh para generasi muda. Dan sebagai akibatnya, para orang tua yang mempunyai sawah atau lahan pertanian akan menjual lahannya kepada orang lain. Sedangkan bagi mereka yang mewariskan kepada anaknya yang tidak berminat mengelola sawah, maka besar kemungkinan lahan tersebut akan mengalami alih Pergantian ke sektor yang dianggap lebih menjanjikanSeiring berkembangnya pengetahuan, teknologi, serta bertambahnya wawasan para pemilik lahan pertanian, maka tidak sedikit dari mereka yang sengaja mengalihkan fungsi lahan pertanian ke sektor usaha lain. Dengan harapan perekonomian dapat semakin meningkat, mereka mulai mendirikan tempat-tempat industri, peternakan, serta tempat usaha lain di atas lahan Lemahnya regulasi pengendalian alih fungsi lahanYakni ketidaktegasan peraturan pemerintah maupun pejabat mengenai pengendalian fungsi lahan. Ketidaktegasan tersebut diantaranya meliputi kekuatan hukum, ketegasan penegak hukum, dan sanksi pelanggaran.

lahan pertanian keadaan awal sebelumnya keadaan saat ini penyebab dampak